majalahedutimes.com — SMP Negeri 1 Krembung mendapatkan penghargaan sebagai Sekolah Aktif Literasi Nasional 2025 di Balai Besar Guru Penggerak (BBRP) Jawa Timur, Minggu (16/02/2025). Penghargaan ini diberikan dalam acara yang diselenggarakan oleh Ikatan Guru Inovator Penggerak Literasi Nasional (IGINOS), salah satu agendanya adalah pemberian penghargaan bagi sekolah dan madrasah yang aktif menggiatkan kegiatan literasi di Indonesia.
SMP Negeri 1 Krembung meraih penghargaan tersebut karena telah berpartisipasi, baik dari kalangan siswa maupun guru, dalam pendampingan kegiatan literasi (literacy coaching) secara daring. Kegiatan ini menghasilkan karya buku yang ditulis oleh para peserta.
Konfigurasi ASA, Bait Jiwa, Nahkoda Suci, Sayap dalam Badai, dan Buku yang ditulis oleh guru-guru se-Indonesia ini mengangkat tema Pembelajaran Mendalam untuk menguatkan inovasi literasi.
SMP Negeri 1 Krembung mengirim dua siswa untuk berpartisipasi dalam Sayembara Puisi Nasional (SAMPUN), yakni Valencia Ramadhani dan Septia Rachmadani Asmara, di bawah bimbingan guru Bahasa Indonesia kelas IX-2, Mamik Tri Herawati.
“Penghargaan ini diharapkan dapat menjadi dorongan bagi siswa, guru, dan seluruh komunitas akademik dalam menjaga serta meningkatkan kegiatan literasi di sekolah,” ujar Lisa, penerima Award Pelopor Literasi 2025.
Prestasi yang diraih juga mendapat apresiasi dari Guru Besar UM, Prof. Dr. Djoko Saryono, M.Pd. Ia menegaskan bahwa literasi harus menjadi solusi bagi kemajuan bangsa, terutama dalam bidang pendidikan.
Menurutnya, komunitas literasi perlu ditata dengan baik agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam memahami gerakan literasi yang kurang tepat. Dengan demikian, literasi tidak hanya terbatas pada kegiatan membaca dan menulis, tetapi juga mencakup pemikiran kritis yang dapat diterapkan dalam pembelajaran mendalam (deep learning).
Ketua IGINOS, Aini Rizqoh, M.Pd, menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan acara puncak yang mencakup talkshow serta penganugerahan bagi guru-guru penggerak literasi dari seluruh Indonesia, dari Sabang hingga Merauke. Peserta berasal dari daerah terjauh, termasuk Pulau Riau, Kalimantan Selatan, dan Kepulauan Sapeken, Kabupaten Sumenep.
Ia menekankan bahwa Pembelajaran Mendalam menjadi tantangan utama di abad ke-21 dan membutuhkan dukungan penuh dari para guru, terutama dalam bidang literasi dan numerasi.
“Guru memiliki peran penting dalam menciptakan ruang-ruang literasi untuk membentuk siswa yang literat, sehingga mampu menghadapi dinamika zaman yang terus berkembang,” ungkapnya.
Kepala BBGP Jawa Timur, Dr. Abu Khaer, M.Pd., menyampaikan kepada peserta bahwa guru memiliki peran penting sebagai ujung tombak dan motor penggerak dalam literasi dan numerasi, serta diharapkan dapat menjadi teladan bagi para siswa di sekolah masing-masing.
Acara ini juga dimeriahkan dengan Pameran Buku Nasional, di mana ratusan karya guru dan siswa tersedia bagi pengunjung. Gerakan literasi tidak hanya sebatas membaca, tetapi juga mencakup kegiatan menulis. Hasil tulisan tersebut dicetak dan diterbitkan agar dapat dinikmati oleh para pecinta literasi.
Dr. Itje Chadidjah, selaku pembicara utama dalam talkshow, menegaskan bahwa literasi tidak hanya menjadi tanggung jawab lembaga pendidikan, tetapi juga perlu diperkenalkan dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. Menurutnya, literasi sebaiknya dikenalkan dengan penuh kebahagiaan.
“Mengajak dan mengajarkan literasi harus dilakukan dengan cara-cara yang baik dan bermakna, sehingga lebih mudah diterima,” terang Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO periode 2021-2015.
Pendapat serupa disampaikan oleh Prof. Djoko Saryono, M.Pd., Guru Besar dari Universitas Negeri Malang. Ia menekankan bahwa literasi adalah sesuatu yang memuliakan, sehingga perlu diperkenalkan kepada siswa dengan pendekatan yang baik. Meskipun teknologi dapat menyediakan segala informasi, namun teknologi tidak memiliki kepekaan dan empati sebagaimana manusia.
“Literasi bukan hanya milik sekolah atau madrasah, tetapi juga bisa dikembangkan dalam lingkungan sekitar. Baik di daerah maupun di kota, literasi tidak sekadar membaca, tetapi juga membangun kemampuan berpikir kritis dalam memahami suatu teks,” tutupnya.
Penulis: Lisa Susanti, S.Pd.I., M.Pd.