Program P5, Upaya Menghidupkan Warisan Budaya Melalui Jamu Tradisional di SMP Negeri 1 Krembung

majalahedutimes.com, Krembung — Sebuah inisiatif luar biasa digelar di SMP Negeri 1 Krembung dalam rangka Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), Jum’at (15/11/2024). Bertema Kearifan Lokal, program ini menghadirkan pengalaman belajar yang berbeda untuk siswa kelas VII dengan menggandeng guru mata pelajaran Prakarya, yaitu Bu Vibriansi dalam proses pembuatan jamu tradisional Indonesia.

Dalam kegiatan ini, siswa tidak hanya dikenalkan pada sejarah dan manfaat jamu tradisional, tetapi juga diajak untuk merasakan langsung proses pembuatannya. Acara berlangsung di Aula SMP Negeri 1 Krembung dengan antusiasme yang tinggi dari siswa dan guru.

Menurut Kepala SMP Negeri 1 Krembung Ibu Lilik Isnawaningsih, S.Ag., M.Pd., kegiatan ini bagian dari upaya sekolah untuk mengintegrasikan nilai-nilai budaya lokal ke dalam kurikulum melalui pendekatan kokurikuler berbasis projek. 

“Kami percaya bahwa pembelajaran tidak hanya tentang teori di kelas, tetapi juga pengalaman nyata yang memperkaya wawasan siswa. Melalui program ini, kami ingin siswa mengenal, dan mencintai budaya lokal sejak dini,” ungkap Bu Lilik. 

Kegiatan ini dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu Inspirasi, Cipta, dan Dedikasi. Pada tahap Inspirasi, siswa mendapatkan penjelasan langsung dari seorang praktisi jamu yang membagikan wawasan tentang bahan-bahan herbal yang digunakan dalam pembuatan jamu, seperti kunyit, jahe, temulawak, dan kencur.

Foto: bahan-bahan pembuatan jamu (Nanda)

Bu Vibriansi menjelaskan manfaat kesehatan dari masing-masing bahan. Misalnya, kunyit yang kaya akan kurkumin, senyawa dengan sifat anti-inflamasi dan antioksidan yang baik untuk kesehatan tubuh. Temulawak disebut mampu meningkatkan daya tahan tubuh, sedangkan jahe dikenal sebagai rempah yang dapat membantu melancarkan pencernaan.

Salah satu guru pendamping, yaitu Bu Siti Futi menyampaikan bahwa sesi Inspirasi ini dirancang agar siswa lebih memahami pentingnya tanaman herbal sebagai bagian dari warisan budaya, dan kesehatan. 

“Kami ingin siswa tahu bahwa jamu adalah salah satu bentuk kearifan lokal yang harus dilestarikan,” ujar Bu Futi. 

Proses Kreatif dan Kolaborasi

Tahap berikutnya, yaitu Cipta, menjadi bagian yang paling dinantikan siswa. Mereka dibagi ke dalam kelompok kecil, masing-masing bertugas membuat jenis jamu tertentu. Dalam kelompok, siswa bekerja sama mempersiapkan bahan, meracik, hingga menyajikan jamu sesuai arahan ketua P5, dan guru pendamping.

“Bagian ini sangat menyenangkan karena kami bisa langsung mencoba membuat jamu. Awalnya saya pikir ini akan sulit, tetapi ternyata mudah jika mengikuti langkah-langkahnya,” ungkap Nabila, salah satu siswa kelas VII.

Selama proses ini, siswa belajar tidak hanya tentang pembuatan jamu, tetapi juga nilai-nilai kerja sama, pembagian tugas, dan tanggung jawab dalam kelompok. Setiap kelompok saling membantu memastikan bahwa jamu yang mereka buat memiliki rasa yang enak, dan kualitas yang baik.

Guru pendamping lainnya, yaitu Bu Khusnul Chotimah mengungkapkan bahwa pendekatan berbasis projek seperti ini sangat efektif dalam membangun keterampilan abad ke-21, seperti kolaborasi, komunikasi, dan kreativitas. 

Menurut Bu Khusnul, siswa terlihat lebih antusias dan terlibat aktif saat mereka diberikan tugas yang konkret dan relevan dengan kehidupan sehari-hari mereka. 

Momen kebanggaan terjadi dalam Dedikasi. Dedikasi, menjadi puncak acara di mana setiap kelompok mempresentasikan hasil karyanya. Mereka menjelaskan bahan-bahan yang digunakan, proses pembuatannya, serta manfaat dari jamu yang telah mereka racik. Tidak sedikit siswa yang merasa bangga setelah berhasil menyelesaikan tantangan ini. 

Foto: varian jamu yang sudah dibuat (Nanda) 

“Rasanya puas sekali saat melihat teman-teman kami mencicipi jamu buatan kami dan memberikan komentar positif,” kata Yusuf Adi, salah satu siswa yang sebelumnya mengaku tidak tahu banyak tentang jamu.

Melalui kegiatan ini, siswa tidak hanya belajar menghargai budaya lokal tetapi juga merasakan kebanggaan sebagai bagian dari generasi muda yang ikut melestarikan warisan nenek moyang.

Membangun Karakter Melalui Budaya Lokal

Program ini tidak hanya berfokus pada aspek budaya dan kesehatan, tetapi juga pada pengembangan karakter siswa. Gotong royong, kreativitas, dan kemandirian menjadi nilai-nilai utama yang ingin ditanamkan melalui kegiatan ini.

“Melalui pembuatan jamu, siswa belajar bahwa keberhasilan tidak hanya ditentukan oleh usaha individu, tetapi juga kerja sama dalam tim. Ini adalah pelajaran berharga yang akan mereka bawa hingga dewasa nanti,” ujar Bu Vibriansi.

Lebih dari itu, program ini juga membantu siswa untuk berpikir kritis dan memecahkan masalah. Mereka didorong untuk menemukan cara terbaik dalam mengolah bahan-bahan jamu agar menghasilkan rasa dan manfaat yang optimal.

Respon Positif dari Berbagai Pihak

Program ini mendapatkan apresiasi dari berbagai pihak, termasuk guru, siswa, dan orang tua. Para guru mengakui bahwa pendekatan berbasis proyek seperti P5 mampu memberikan pengalaman belajar yang lebih kaya dibandingkan metode konvensional.

Orang tua siswa juga memberikan dukungan penuh terhadap kegiatan ini. Mereka merasa bahwa program seperti ini memberikan manfaat yang nyata bagi anak-anak mereka.

“Anak saya jadi lebih tertarik pada hal-hal yang berbau tradisional. Bahkan, dia sudah meminta saya untuk membelikan bahan-bahan jamu supaya bisa mencoba membuatnya lagi di rumah,” ungkap Bu Nadia, salah satu wali siswa kelas VII-2. 

Melangkah Lebih Jauh

Melihat kesuksesan program ini, SMP Negeri 1 Krembung berencana untuk terus mengembangkan kegiatan-kegiatan serupa di masa depan. 

Ibu Lilik menegaskan bahwa P5 adalah program yang akan terus menjadi prioritas sekolah dalam mendukung pengembangan karakter siswa.

“Kami ingin siswa kami tumbuh menjadi individu yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki karakter kuat dan rasa bangga terhadap budaya lokal. Melalui kegiatan seperti ini, kami yakin mereka akan menjadi generasi yang mampu menjaga identitas bangsa,” ungkapnya. 

Selain jamu, sekolah juga berencana mengangkat tema-tema lain yang relevan dengan kearifan lokal, seperti seni tari tradisional, kuliner khas daerah, dan kerajinan tangan. Dengan cara ini, siswa akan memiliki pemahaman yang lebih luas tentang kekayaan budaya Indonesia.

Menjadi Inspirasi

Keberhasilan SMP Negeri 1 Krembung dalam menggelar program ini juga diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi sekolah-sekolah lainnya. Dengan mengintegrasikan kearifan lokal ke dalam kurikulum, sekolah dapat memberikan pembelajaran yang lebih bermakna bagi siswa.

“Pendidikan adalah salah satu cara terbaik untuk melestarikan budaya. Jika setiap sekolah mau mengambil langkah kecil seperti ini, saya yakin warisan budaya kita akan tetap hidup dan berkembang di tengah modernisasi,” ujar Bu Fabella sebagai guru pendamping.

Program P5 bukan hanya sebuah kegiatan belajar, tetapi juga sebuah perjalanan untuk memperkuat rasa kebanggaan dan identitas budaya. Dengan mengenalkan siswa pada jamu tradisional, sekolah telah menunjukkan bahwa pendidikan dapat menjadi alat yang ampuh untuk melestarikan warisan leluhur.

Penulis: Alisiananda Dewi Nurani, Guru SMP Negeri 1 Krembung

Related posts
Tutup
Tutup